Setiap hari tingkah polah gadis 18 tahun ini bikin gemes tapi adakalanya menjengkelkan. Dia sudah bisa marah,teriak kesal,menolak melakukan sesuatu,memilih sesuatu dll.kini Rana bagaikan ratu kecil dirumah yang keinginannya harus dituruti.kalau ngga siap-siap aja dengerin dia nangis teriak-teriak. Itu bagian menjengkelkannya yang meguji kesabaran aybunnya.tapi kelucuannya lebih banyak lagi. Selain kayak burung beo yang suka ngikutin omongan ataupun perilaku orang dewasa,ternyata gadis kecilku suka menyanyi dan bersenandung!wah ini mah gen ibunya hihihi..ada 3 lagu yg dia bisa ikuti benar selebihnya ia seringmengeluarkan bahasa-bahasa planet dalam senandungnya. Didalam mobilpun,dia anteng saja duduk dicarseatnya sambil bersenandung kemudian tidur.Alhamdulillah.
Dengan kehadirannya adiknya pun,sejauh ini belum ada terlihat cemburu atau rivalitas pada adiknya.yang ada dia kelihatan menyayangi adiknya. Sering sekali mendapati dia sedang mencium adiknya,dipanggil-panggil terus namanya "dekzia",setiap ditanya benda ini milik siapa?dia langsung bilang "dekZia!" dengan lantang bahkan nenenpun kadang dia mau ngalah mendahulukan adiknya. Dimobilpun anteng sendiri tanpa minta digendong bundanya.makan maunya sendiri,mandi maunya sendiri,pakai baju juga begitu tapi kan belom bisa.mhehehe..ah Subhanallah,Rana terlihat mandiri dengan caranya sendiri.syukur Alhamdulillah..walaupun adakalanya dia manja,tapi itu masih sangat wajar..karena Rana masih terlalu kecil..butuh sekali perhatian dan kasihsayang lebih kedua orangtuanya yg kini juga harus membaginya pada si kecil.yup,aybun mesti adil! We love you so much Rana!
Balik lagi ke golden age itu saya sempat takut Rana kehilangan momen itu karena kurang distimulus.Saya akui,saya kadang sudah kerepotan mengurus Zia yang kata orang dulu mah"bau tangan"maunya digendong atau nenen mulu atau memasak. Akhirnya Rana lebih banyak dipegang mba-nya.sedangkan mba-nya juga banyak pekerjaan rumah.kalaupun dipegang mba-nya itupun hanya digendong atau sambil melihat jalan di depan rumah.Intinya sih saya merasa kurang sekali menstimulus Rana,entah itu dengan bacaan buku,permainan atau stimulus lainnya. Itu PR besar saya.bisakah saya tetap bisa menstimulus Rana secara optimal disaat kondisinya tidak ideal..ingin sebenarnya punya 1 ART lagi,tapi keuangan belum mendukung.Jadi terpaksa dengan kondisi dimana ada 2 bayi dan 2 wanita harus bahu membahu.
Sempat terpikir memasukkan Rana ke sebuah baby school bahkan teman dekat di BS itu adalah ownernya.sayangnya tempatnya jauh di Pesona Kayangan dan bingung siapa yg anter jemput nanti.
Memang ada sih TPA Makara UI di fakultas psikologi UI tp nanti kita liat lagi deh karena ayahnya bilang masih kekecilan disekolahkan,walaupun TPA Lebih berkonsep daycare dibandingkan sekolah.tapi nanti kita liat perkembangannya.anaknya mau atau engga.karena aku takut kecepatan dan malah bosan nantinya.Paling buruknya jadi trauma bersekolah.moga-moga engga sih yah..
Masih banyak PR saya untuk membuat program sehari-hari Rana supaya bisa lebih mandiri dan teratur. PR terbesar adalah toilet training (Gyaahaha),menentukan waktu-waktu utama utk dia "belajar", menanamkan nilai keIslaman sejak dini dan menambah Berat Badannya karena makannya susah sekali!hwahhh jadi ibu rumah tangga ga mudah ternyata.Ya Allah kuatkan aku agar aku bisa lebih baik dalam menjalankan peranku sebagai pendidik dan penanam akhlak dan moralnya.
Saat ini kecendrungannya begitu banyak orangtua yang berlomba-lomba ingin anaknya cepat bisa ini cepat bisa itu dll ,bahkan seringkali menjadi obsesi kuat orangtuanya tanpa melihat kemampuan dan kesiapan anak lebih dulu.jadilah anak seperti dipaksa ikut berbagai macam sekolah atau kursus-kursus.apalagi tujuannya kalau bukan supaya anak lebih cepat bisa dan terlihat lebih menonjol dibandingkan anak-anak seusianya. Sehingga perkembangan anak tidak alami lagi,ruang gerak bermainnya seolah-olah dibatasi. Ditambah lagi sekrang katanya kalau masuk SD harus sudah bisa membaca.Jadinya orangtua pontang-panting mengajar anaknya untuk segera bisa membaca bahkan dari usia 4 bulan sudah diajarkan membaca. Tidak ada yang salah sebenarnya,asalkan tidak ada paksaan didalamnya dan tidak terlalu memasang target terlalu tinggi. Bukannya baik berprestasi malahan memicu stres anak dan juga orangtuanya.
Sejujurnya saya hanya ingin jadi orangtua yang santai,membiarkan anak tumbuh alami karena kalau sudah waktunya pun dia akan bisa sendiri. Saya juga tidak ingin memaksa anak saya untuk selalu berprestasi dibidang akademis,saya justru lebih senang jika anak punya keahlian yang memang bakatnya.sehingga bisa terus diasah dan mahir dibidangnya.coba dipikir,apakah selama ini orang-orang yg dulunya sangat berprestasi di akademis kemudian masuk ke perusahaan langsung jadi direktur.kan ga juga yah?bahkan bisa jadi orang yang dulunya terlihat biasa-biasa saja,hidupnya bisa lebih makmur dan memiliki jabatan tinggi diperusahaan. Jadi,akademis hanyalah salah satu saja bagian dari pendidikan.karena ada yang lebih penting yaitu penanaman akhlak dan moral. Masih ada kecerdasan lain seperti kecerdasan sosial,kecerdasan emosial,kecerdasan lingual,spasial dsb. Saya berjanji dalam hati,agar kelak saya menjadi orangtua yang bijak dan tidak selalu mengukur kecerdasan anak hanya dengan deretan angka di rapot.syukur-syukur kalau anak saya berprestasi diakademis,kalau tidak semoga hati ini lapang.
Contohnya adik-adik saya,selama ini disekolah mereka biasa-biasa saja akademisnya.tapi setelah kuliah,mereka baru menemukan keahlian mereka.adik saya yang laki-laki mahir di dunia fotografi dan kedua di seni sastra dan drama.Subhanallah,saya bangga dengan keahlian mereka.tak ada juga yang menanyai dulu rapotnya rangking berapa,nilai matematikanya brapa? Hehehe...iseng aja nanyain gituan.
Duuh ceritanya kok ngalor ngidul gini ga bersusun. Sebenarnya saya lagi membuat jadwal rutinitas Rana dan pelajaran-pelajaran apa saja yg ingin saya tanamkan pada dia. Lain waktu saya share disini. Yuk kita jadi orangtua yang lebih smart dan wise agar anak-anak kita kelak tumbuh dengan akar yang kuat.aamiin.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
2 komentar:
Rana pinter kok Fith.. Ga kurang stimulus..
Dengan bermain bersama Rana pun termasuk salah satu cara menstimulus, dan juga menunjukkan kalo aybun-nya sayang sama dia..
Menurutku, di masa golden age, yang penting adalah pendidikan karakternya. Penanaman nilai/value2 kehidupan, juga pengenalan tentang penciptanya. Setuju ama fithri, soal calistung, bisa dinomor duakan..
Udah baca bukunya Bunda Neno yang "matahari Odie Bersinar karena Maghfi" kan? Buku yang bagus banget untuk contoh mendidika anak..
iya tang kadang-kadang cuma merasa rumput tetangga lebih hijau jadi khawatir jangan-jangan anakku ketinggalan selangkah-2 langkah..
Iya aku udah baca..BAGUS bgt! tapi bukunya dipinjem arbi dan belum kembali sampe sekarang..pingin baca ulang sih!
Posting Komentar