Kamis, 15 Desember 2011

Belajar Nge-bento

Sebenarnya udah basi posting tentang belajar bento ini hihi,but never late than never ya.
Suatu saat di FB,aku bertemu profil seorang ibu muda yang sangat gape memasak especially makanan bayi yang sehat dan homemade tentunya.Bahkan beliau menjadi pendiri grup FB Homemade Healthy Baby Food dimana membernya sudah mencapai 9OOO an waktu itu. Wah kayaknya kenal nih siapa dia..

Ternyata si ibu muda talented itu adalah bubu Mia alias Mia Ilmiawaty Saadah. Mia itu adalah salah satu staf divisi SDM di Salam UI,organisasi dimana kita bernaung.
سُبْحَانَ اللّهُ keren juga ya mia ini sekarang,sungguh ga nyangka lulusan FIK itu kini berkiprah didunia. Permasakan khususnya makanan bayi,balita,toodler.bahkan sekarang buka usaha catering.mantap lah!

Nah,bubu mia rutin ngadain kursus membuat bento dirumahnya (yang kebetulan di depok ) yipiiie, karena pengen temu kangen sekaligus penasaran kayak apa sih nge-bento itu,akhirnya daftarlah aku untuk ikut kursus bento ini.

Hari minggu pagi udah mejeng dirumah Bubu Mia di sawangan. Berhubung pesertanya ada yang mengcancel,tinggal tersisa 2 orang. tapi aku lupa euy siapa ya nama ibu yang barengan kursus sama aku waktu itu huuuu...(ternyata bu Asti namanya)

Semua peralatan dan bahan masakan sudah disiapkan bubu Mia,kita tinggal langsung praktek aja.
Wiih seru banget ya ngebento itu, kreasinya bisa macam-macam tergantung kreativitas kita.makanan dibentuk berbagai karakterpun bisa..ngebento itu banyak banget kegunaannya loh!

Walaupun anak-anak belum ada yang sekolah tapi aku niat banget suatu saat nanti membuatkan bekal makanan buat anak-anak yang sehat,enak dan tentunya dihias-hias ala bento ini.Mudah-mudahan dengan dihias lucu ini,nafsu makan bertambah,makananpun dihabiskan dengan lahap.
Dipajang dulu ah karya bentoku sama foto2 kita bertiga..narsis dikiiit huehehehehe...








Powered by Telkomsel BlackBerry®

Senin, 19 September 2011

sepotong memori dr buku Amy Chua “Battle Hymn of the tiger mother”cara mendidik anak agar sukses ala China

Buku karangan Amy Chua ini sempat santer dibicarakan dikalangan ibu-ibu dan pemerhati pendidikan. Secara gak sengaja waktu itu melihat buku ini di Gramedia, saya langsung tertarik untuk membacanya. Kenapa?karena buku ini kontroversial dengan menentang cara orang barat mendidik anaknya,sedangkan amy chua sendiri sebagai imigran China yg menetap di Amerika sejak kecil sangat menjunjung tinggi cara orang tua Cina mendidik anaknya bahkan menganggapnya paling baik. Buku ini alur ceritanya cukup menarik dan enak dibaca,dimana Amy menceritakan perjalanan hidupnya dalam kerangka khusus caranya membesarkan anak. 2 anak Amy, Sophia dan Lulu adalah 2 anak yg berbakat.sejak kecil mereka dididik dengan keras untuk menjadi nomor 1 dalam segala hal. Sejak usia 3 tahun sudah nampak terlihat perbedaan karakter mereka,Sophia adalah anak yg manis dan penurut berbeda dengan Lulu yg berwatak keras kepala dan tidak mau diatur .2 anak amy tampak kehilangan masa kecilnya untuk bermain,karena Amy melatih anaknya bermain piano dan biola hingga berjam-jam setiap harinya,dia tidak mengijinkan anak-anaknya bermain dengan teman sebayanya. Tidak boleh ada pemberontakan dalam kamus pengasuhan orangtua China.masa depan anak ditentukan oleh orangtuanya. Menjelang remaja,Amy semakin ambisius menjadikan anak2nya musisi sehingga ia titipkan anak-anaknya untuk belajar musik pada musisi2 kelas dunia yang begitu berbakat. Memang prestasi kedua putrinya dibidang musik sukses berkat kegigihannya dan bakat natual kedua anaknya. Namun semua itu harus dibayar mahal dengan waktu-waktu yg tersita hanya untuk berlatih dan berlatih. Diumur 13 tahun,Lulu anaknya yg kedua melakukan pemberontakan yg cukup frontal bahkan ia memutuskan untuk berhenti bermain biola.Pertengkaran hebat antara anak dan ibu tidak dapat dihindarkan..akhirnya Amy memilih untuk mengalah dan membiarkan pilihan anak keduanya tersebut. Akhirnya Lulu berpindah ke olahraga tenis.walaupun tidak seberprestasi dibidang biola. Pesan yang saya ambil dari kisah Amy Chua ini adalah saya sangat menghargai bahwa jika ingin berprestasi maka dibutuhkan kerja keras melebihi standar yang orang lain bisa lakukan. Melipatkan usaha untuk sebuah impian bukanlah hal yang buruk. Tapi tetap saja kita sebagai orangtua harus mendengarkan anak,apa yang menjadi minatnya,selanjutnya kita harus mendukung sungguh-sungguh tanpa menanamkan ambisi yang berlebihan pada anak karena anak bisa lelah secara mental dan fisik. Sebaliknya cara orangtua Barat mendidik anak yang dinilai Amy sangat bebas dan menyerahkan semua pilihan pada anaknya juga ada sisi positifnya karena dalam hal ini bentuk penghargaan orangtua lebih besar pada anaknya,asalkan orangtua harus tetap mengawasi dan terutama membimbing agar apa yg menjadi keinginan anak bisa tercapai. Intinya adalah anak kita bukanlah robot,mereka punya suara,hati dan keinginan yang wajib didengar orangtuanya. Cara yang terlalu keras kelak akan menjadi bumerang bagi orangtua,begitu juga cara yang terlalu membiarkan akan membuat anak bertindak semaunya. Tarik ulur menurut saya adalah cara yg terbaik tentunya disesuaikan dengan karakteristik anak.karena tiap anak itu adalah individu yang unik.