Jumat, 10 September 2010

Kamis, 02 September 2010

Anak Kreatif Lahir dari Orangtua Positif

KOMPAS.com - Menjadi orangtua memang tak ada sekolahnya. Belajar dari pakar bisa menjadi cara agar orangtua lebih tepat mengasuh anak. Dimulai dari belajar untuk mengetahui tumbuh kembang anak, dan memahami prinsip positive parenting. Dengan begitu orangtua lebih mampu mendukung stimulasi positif untuk anak dan mengatasi berbagai kendala dalam masa tumbuh kembang anak.

Apa sebenarnya hasil yang bisa dicapai orangtua dengan memahami ilmu parenting? Dukungan yang tepat dari orangtua membantu tumbuh kembang anak lebih optimal dalam ranah fisik-motorik, psikososial/kepribadian, kemampuan bahasa, berpikir, kecerdasan, dan kreativitas.

Play Terapist dan psikolog Lembaga Psikologi Terapan UI, Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSI, mengatakan, anak akan memiliki kemampuan berpikir jernih, kritis, berbicara dengan bahasa terstruktur dan kreatif jika didukung dengan pengasuhan yang tepat dari orangtuanya.

"Kemampuan ini sering dilupakan sistem pendidikan," kata Mayke, saat peluncuran rumah edukasi parenting beberapa waktu lalu.

Bagaimana menjadi orangtua yang positif?
1. Percaya diri dan tumbuhkan kepercayaan kepada anak
Mayke menjelaskan orangtua perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung anak untuk bereksplorasi. Karena dengan mendapatkan kedua hal ini, anak bisa mengawali langkahnya bereksplorasi.

Caranya, orangtua perlu percaya diri sehingga tidak mudah khawatir. Lalu berikan juga kepercayaan dan kesempatan kepada anak untuk mencoba hal baru.

"Orangtua yang takut anaknya sakit lalu membatasi aktivitasnya justru membuat anak tidak berkembang. Orangtua perlu memberikan tempat bermain yang aman dan nyaman agar anak bisa tumbuh optimal dalam lingkungan fisik dan psikososialnya," lanjutnya.

2. Menyisihkan waktu bersama
Hubungan yang sehat dan lekat dengan anak perlu dibangun dan diupayakan oleh orangtua. Bagaimanapun perhatian dan dukungan positif dari Anda memberikan rasa percaya diri kepada anak.

Caranya, cari dan ciptakan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dan berkomunikasi dengan anak. Dengan cara ini anak merasa dicintai. Kepercayaan dirinya tumbuh optimal dengan waktu khusus yang diberikan orangtuanya untuk membangun hubungan.

3. Jadilah teladan

Salah satu tugas orangtua adalah menanamkan nilai positif secara konsisten. Anak akan tumbuh dengan memahami makna tanggungjawab jika orangtua menjalankan tugas penanaman nilai dengan tepat.

Caranya, berikan contoh dan teladan yang baik bagi anak, berikan rambu tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan yang terpenting konsistensi intra dan inter individual.

"Jika orangtua bangun pagi dengan bermalas-malasan, anak akan mencontoh. Maka, jadilah teladan yang baik," kata Mayke.

Sedangkan untuk tetap konsisten, pastikan ayah maupun ibunya tidak dipengaruhi emosi dalam memberikan rambu kepada anak. Jangan membuat anak bingung dengan sikap berbeda dari ayah dan atau ibunya, maupun inkonsistensi keduanya dalam menjalankan pengasuhan. Anak akan menjadi bingung dan was-was, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

4. Memahami anak
Anak akan tumbuh optimal jika mendapatkan pemahaman dan stimulasi yang sesuai dari orangtuanya. Karenanya orangtua perlu mengenali kelebihan dan kekurangan anak.

"Jangan menekan anak untuk diam, misalnya. Anak tiga tahun bisa duduk diam itu sudah luar biasa, tetapi jangan memaksanya," kata Mayke.

Stimulasi berupa pujian juga boleh diberikan, tetapi jangan berlebihan. Ungkapkan rasa bangga saat anak Anda berhasil menghabiskan makanannya atau saat mendapatkan prestasi di sekolahnya. Namun jangan berhenti di situ, anak pun memerlukan dukungan saat ia gagal atau bahkan ragu ketika melakukan sesuatu. Dorongan dan dukungan positif dari orangtua membantu perkembangan anak.

5. Mampu mengatasi stres
Kunci sukses positif parenting adalah juga kemampuan orangtua mengatasi stres. Kemampuan mengatasi stres akan mempengaruhi komunikasi dengan si kecil, menjadi lebih positif.

Caranya, orangtua perlu belajar mengendalikan diri dalam mengatasi emosi. Jika merasa perlu mintalah bantuan ahli atau lakukan saja relaksasi maupun hubungan spiritual.

Ketika menghadapi masalah, sebaiknya orangtua perlu fokus pada solusi dan bukan lari dari kenyataan. Termasuk ketika konflik terjadi pada pasangan, maka sebaiknya bangun komunikasi terbuka antarpasangan. Ciptakan juga komunikasi terbuka dengan orang yang terlibat dalam pengasuhan seperti teman atau orangtua. Selain bisa belajar dari pengalaman orang lain, Anda juga bisa sekaligus menyatukan pemahaman tentang bagaimana pola asuh di rumah agar mereka bisa memahami dan mengikuti saat berada di dekat buah hati Anda.

Terakhir, orangtua juga perlu terus belajar mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Mengembangkan sikap mau belajar dan mau berubah menjadi cara untuk mengeksplorasi diri lebih positif sebagai orangtua.

Trik Jadi Ibu yang Lebih Santai

KOMPAS.com - Menjadi orangtua memang bukan pekerjaan yang mudah. Anda kehilangan waktu untuk beristirahat, waktu untuk bersantai bersama suami, dan tentunya waktu untuk bersosialisasi. Ketika Anda merasa begitu stres dengan pekerjaan di kantor, dan harus menghadapi rumah yang berantakan, wajar jika Anda menjadi murka.
Namun, selalu ada cara untuk meredakan kemurkaan Anda. Anda bisa mencoba menjadi ibu yang lebih rileks saat menghadapi anak-anak. Ibu yang tidak selalu terpancing saat melihat kenakalan mereka, dan betapa pintar mereka membuat rumah Anda kacau-balau. Anda bisa kok, membuat rumah Anda lebih tenang dan menyenangkan. Butuh kerja keras untuk itu, namun beberapa cara berikut bisa menjadi inspirasi bagi Anda.
1. Dalam sehari, berusahalah untuk tertawa bersama anak-anak. Entah dengan menertawakan ulahnya, atau goda mereka dengan ulah Anda yang kekanak-kanakan.

2. Tidurlah semampu Anda. Biasanya, ketika menemani anak tidur siang (atau tidur malam), si ibu jadi ikut tidur. Nikmati saja momen ini, terutama ketika menemaninya tidur malam. Tak apa lah, sesekali membiarkan piring kotor di meja makan.

3. Ketika Anda sedang stres di kantor, dan si bungsu membuat ulah, atau Anda lupa menyiapkan bekalnya, Anda mungkin akan memuntahkan kekesalan Anda pada si sulung. Hal ini tidak adil untuknya. Untuk menghindari kekacauan ini, siapkan semua keperluan anak-anak malam sebelumnya.

4. Manjakan diri Anda. Sesekali, untuk mengobati kekesalan atau kelelahan Anda, temukan guilty pleasure Anda. Entah membaca novel picisan, mendatangi acara sale di mal, atau menyantap cheese cake kegemaran Anda. Ingat, hanya sesekali.

5. Ketika anak membuat ulah, Anda mungkin akan terbiasa mengatakan, "Enggak boleh", atau "Jangan". Coba ubah kata-kata tersebut dengan "Ya". Contohnya, “Ya, nanti kita ke tempat permainan kalau kamu sudah selesai makan", dan bukannya, "Kalau kamu enggak makan, kita enggak berangkat".

6. Seperti saat belajar di sekolah, anak-anak akan menurut jika sesuatu dikatakan berulang-ulang. Misalnya, "Ayo, makannya sambil duduk", atau, "Nontonnya nanti kalau sudah belajar, ya", atau, "Ngomong yang jelas, Ibu enggak ngerti kamu maunya apa".

7. Membuat larangan hanya untuk sesuatu yang memang penting. Anda tidak perlu kesal hanya karena anak memilih kaus warna merah dan celana pendek oranye. Atau, ia memilih tidur dengan kepala pada posisi kaki di tempat tidur. Atau, mengatur cara makannya supaya wajahnya tidak belepotan terkena makanan.

8. Ketika Anda begitu lelah saat mengasuh anak, mungkin Anda akan berpikir, "Nanti kalau dia sudah lebih besar, saya tak perlu lagi menyuapinya." Atau, Anda tak perlu mencuci berlusin popok setiap hari. Namun, percayalah, ketika semua hal itu berlalu (dengan begitu cepat), Anda pasti akan merindukan masa-masa melelahkan tersebut.

7 Trik Menciptakan Keluarga Bebas Stres

KOMPAS.com - Adakah keluarga yang stres? Ada, mungkin Anda akan menjawab, keluarga yang selalu diliputi rasa curiga, cemburu dengan perhatian orangtua yang berat sebelah pada saudara kandung, pekerjaan rumah yang melelahkan, orangtua yang kelewat mengekang, dan lain sebagainya.
Kini Anda telah memiliki keluarga kecil sendiri, dan tentunya berharap masa kecil Anda yang penuh keributan terulang lagi. Ketika para peneliti mengamati kehidupan 32 keluarga selama empat hari berturut-turut, mereka menemukan apa yang membuat sebuah keluarga stres. Dengan sendirinya, ditemukan juga apa yang bisa membuat kehidupan sebuah keluarga berjalan lebih santai dan menyenangkan. Anda bisa membacanya di bawah ini.
1. Tidak membagi-bagi pekerjaan rumah tangga
"Ternyata, ini bukan persoalan betapa adilnya pasangan berbagi tugas," kata peneliti Tami Kremer-Sadlik, PhD, direktur penelitian di Center on the Everyday Lives of Families di UCLA. Penelitiannya mendapati bahwa suami-istri akan lebih bahagia ketika keduanya merasa sedang berusaha mencapai tujuan yang sama, tanpa memandang siapa yang bekerja lebih keras (perempuan biasanya merasa demikian). Mengetahui apa misi Anda berdua untuk keluarga bisa menyingkirkan jauh-jauh konflik akibat pembagian tugas ini.

2. Memiliki momen kebersamaan
"Mungkin banyak dari kita yang memikirkan bahwa kita perlu menciptakan suasana kebersamaan yang heboh, tapi sedikit sekali keluarga yang memiliki kesempatan untuk berhubungan sepanjang hari," kata Kremer-Sadlik.
Ia ingat suatu kejadian dimana ibu dan anak perempuannya sedang melipat baju-baju yang sudah kering. Anak perempuan itu lalu memasang kaus kaki di kakinya, lalu meminta ibunya menebak dimana kakinya di antara tumpukan pakaian tersebut. "Itu momen yang menyenangkan sekali, tertawa dan bermain di sela-sela kegiatan sehari-hari."

3. Orangtua menjadi role model, bukan teman si anak
Banyak orangtua yang bercita-cita menempatkan diri sebagai teman untuk anaknya, agar tidak ada jarak di antara mereka. Ini bagus, tapi jangan sampai kebablasan. Menghargai pasangan bukan hanya baik untuk hubungan perkawinan, tetapi juga mempengaruhi dinamika keluarga secara keseluruhan.
"Ketika pasangan menunjukkan kesabaran dan dukungan, dan bukannya tidak sabaran, sinis, atau senang mengkritik, anak-anak akan lebih menghargai orangtuanya, dan makin luweslah kehidupan rumah tangga tersebut," tutur Kremer-Sadlik lagi. "Tujuan mereka hari itu, seperti makan malam atau menyelesaikan pekerjaan rumah, akan berjalan lebih lancar dan menyenangkan."

4. Ibu memasak bersama anak
Menurut Margaret Beck, peneliti yang juga seorang ibu berusia 39 tahun, memanfaatkan makanan kemasan untuk makan seluruh keluarga tidak berarti akan menghemat waktu. "Rata-rata keluarga akan membutuhkan 1 jam untuk menyiapkan makan, entah itu dengan makanan kemasan atau bahan-bahan yang segar," ujarnya. Jika Anda ingin anak selalu memakan apa yang disediakan, ajaklah mereka memasak bersama. Anak yang membantu ibunya menyiapkan makanan selalu menghabiskan apa yang diberikan.

5. Ibu memiliki "me-time" selama 5 menit
Ada trik untuk menikmati waktu bersama keluarga setelah seharian bekerja di kantor. "Penemuan kami memperlihatkan, bahwa ketika perempuan tidak diganggu selama 5-10 menit, itu akan membawa pengaruh positif sepanjang hari yang tersisa," ungkap peneliti Shu-wen Wang, yang membantu menganalisa rekaman penelitian berdurasi 1.540 jam.

6. Nonton TV bareng
Tak usah merasa bersalah jika anak-anak selalu terlihat asyik menonton televisi, ketimbang melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat. Temani saja mereka nonton. "Keluarga yang menonton TV bersama menunjukkan banyak perilaku keterikatan," ujar Campos. Jadi, bila suatu ketika Anda sudah kehabisan energi untuk mengajak anak-anak jalan-jalan, nonton film bersama di rumah juga baik untuk keharmonisan keluarga. Jangan lupa, pilih film berkualitas yang bisa ditonton seluruh keluarga.

7. Melakukan ritual harian secara rutin
Wang mengatakan, ia yakin bahwa spontanitas dan kegembiraan bisa merekatkan hubungan keluarga. Tetapi untuk membentuk fondasi yang kuat, yang lebih penting kedua hal tersebut dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. "Entah pasangan menyisihkan waktu untuk duduk santai sambil minum kopi, atau orangtua membacakan dongeng untuk anak-anak sebelum tidur, momen-momen kecil ini membuat kehidupan keluarga sangat nyaman dan makin dekat," katanya.